Kamis, 02 Februari 2012

Kiat Memilih dan Merawat Perabot Antik

Memiliki perabot antik merupakan kebanggaan bagi sebagian orang, karena faktor kelangkaan dan harga yang selangit. Namun, memilih perabot antik tidaklah mudah. Diperlukan pengetahuan khusus agar tidak tertipu rayuan pedagang nakal.
Menurut Rina Kundang, pemilik Sony Art Gallery di bilangan Ciputat, Banten, perabot antik dibagi dua: perabot antik tua dan reproduksi. Cara membedakannya, kata Rina, yang tua biasanya memiliki bekas paku yang berkarat. "Perabot baru hasil reproduksi, bekas pakunya tidak karatan. Kalau barang tua, di bekas lubang paku pasti ada karat," katanya.
Kedua, perabot tua memiliki bentuk dan ragam hias tersendiri, tergantung asal dan tahun pembuatan. Perabot antik di Indonesia, biasanya mendapat pengaruh seni dari Belanda, China, atau Arab," papar Rina.
Ketiga, harga perabot antik umumnya fantastis. Rina memberi contoh, lemari antik hasil reproduksi harganya Rp 9 juta, tetapi lemari tua bisa dijual dengan harga Rp 180 juta ke atas.
Keempat, hasil proses penyempurnaan perabot tua, seperti ukiran biasanya lebih halus. "Hal ini disebabkan perabot tua dibuat dari bahan kayu yang istimewa dan berkualitas tinggi.  "Biasanya satu lembaran papan, walaupun dipotong tipis (8 mm), tidak akan pecah," katanya.
Merawat perabot antik
Merawat perabot antik sebenarnya sama seperti merawat perabot kayu biasa, cukup digosok menggunakan teak oil. "Hanya saja, perabot antik mesti lebih sering digosok, tetapi jangan terlalu keras," kata Rina.

Satu hal lagi, imbuhnya, jangan memakai pledge untuk menggosok perabot antik berusia tua, karena pledge memiliki unsur silikon. "Jika dibersihkan dengan pledge, hasilnya akan bersih sekali, sehingga akan menghilangkan kerak (patina) di perabot itu," katanya. "Untuk perabot antik, patina biasanya sengaja ditonjolkan, karena menjadi salah satu unsur yang menandai usia barang."

0 komentar:

Posting Komentar